A. Generalisasi
Pada generalisasi tersebut,peristiwa
yang kita kemukakan harus memadai agar yang kita tarik adalah kesimpulan yang
terpercaya suatu kebenarannya.
Generalisasi adalah proses berpikir yang
bertujuan menarik kesimpluan umum dari berbagai kalimat khusus. Jenis-jenis
penalaran induktif adalah :
Contoh:
Ade adalah tentara yang mempunyai
tubuh gagah
Bari adalah tentara yang mempunyai
tubuh gagah
Generalisasi: semua tentara
mempunyai tubuh gagah
-
Pemain sinetron Marshanda adalah penyanyi
- Pemain sinetron Nana Mirdad bukan penyanyi
- Pemain sinetron Nana Mirdad bukan penyanyi
Generalisasi mencakup ciri-ciri
esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan
dengan fakta.Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari
sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh
fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.
1.Generalisasi Sempurna adalah
generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki
semua,
Contoh:
-Semua bulan masehi mempunyai hari
tidak lebih dari 31 hari.
2.Generalisasi tidak sempurna adalah
merupakan generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang
diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
-Setelah kita menyelidiki sebagian
bangsa Indonesia adalah menusia yang suka bergotong-royong
-Prosedur pengujian generalisasi
tidak sempurna.
Generalisasi juga bisa dibedakan
dari segi bentuknya ada 2, yaitu : loncatan induktif dan yang bukan loncatan
induktif. (Gorys Keraf, 1994 : 44-45)
1. Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan
induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum
mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi
yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang
diajukan.
Contoh : Sisa suka berenang.Deni
juga suka berenang.Reni suka main bola.Teti suka main bulutangkis.Dapat
disimpulkan bahwa anak-anak komplek bahari suka olahraga.
2. Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta
yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang
untuk menyerang kembali. Misalnya, untuk menyelidiki bagaimana sifat-sifat
orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan fenomena untuk
menyimpulkannya.
Contoh: Rika suka bermain bola
basket.Rino juga suka bermain bola basket.Tino suka bermain sepak bola.Jadi
dapat disimpulkan ke tiga anak tersebut menyukai permainan bola.
B. Analogi
Dalam analogi, kita membandingkan
dua macam hal.Dalam penalaran ini kita hanya memperhatikan persamaannya,tanpa
memperhatikan perbedaannya.Jadi,kesimpulan yang didapat didasarkan pada
persamaan diantara dua hal yang berbeda.
proses penalaran untuk menarik kesimpulan/referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.
proses penalaran untuk menarik kesimpulan/referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.
Tujuan dari penalaran secara analogi
yakni ;
~ Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
~ Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
~ Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.
~ Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
~ Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
~ Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh :
-Para atlet memiliki latihan fisik
yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan
tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat.
Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan
musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus
memiliki fisik dan mental yang kuat.
-Usia
manusia dapat disamakan dengan sebuah buku. Jika semakin hari semakin berkurang
umur manusia, maka buku setiap halaman yang dibuka akan berkurang lembarannya.
-Setiap guru harus
memiliki retorika yang baik, agar setiap siswa yang diajarnya dapat mengerti
dengan penjelasan yang diberikan. Demikian pula dengan pemandu wisata, mereka
harus memiliki retorika yang baik agar dapat berkomunikasi dengan wisatawan
secara baik pula. Oleh karena itu, untuk menjadi guru dan pemandu wisata harus
memiliki retorika yang baik.
C. Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran
yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan.
Dengan menghubungkan fakta yang satu
dengan fakta yang lainnya.ampai pada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta
itu.atau dpat juga kita sampai pada akibat dari fakta itu.Dalam kaitannya
dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:
1) Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A
menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D
dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang
lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan
kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini
akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang
nyata.
Contoh:
a.
Setiap pulang sekolah, setelah makan siang Ari selalu menyempatkan diri untuk
belajar. Pada malam hari dia juga rutin belajar. Bahkan saat liburan pun dia
selalu belajar. Tidak heran jika dia mendapat beasiswa berprestasi dari
sekolahnya.
b. Sampah di mana-mana kini menjadi pemandangan yang lazim, selokan-selokan yang tergenang air juga tidak mendapat perhatian serius, pohon-pohon dan tanaman hijau lainnya jarang sekali ditemukan. Tidak heran jika setiap musim hujan Jakarta selalu kebanjiran.
b. Sampah di mana-mana kini menjadi pemandangan yang lazim, selokan-selokan yang tergenang air juga tidak mendapat perhatian serius, pohon-pohon dan tanaman hijau lainnya jarang sekali ditemukan. Tidak heran jika setiap musim hujan Jakarta selalu kebanjiran.
2) Akibat sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat
pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter merupakan akibat dan
sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam
penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupaka simpulan.
Contoh :
a.
Desa Nepo mengalami gagal panen. Bagaimana tidak, kemarau tahun ini cukup
panjang, di samping itu irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan
harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan petani dalam menggarap
pertaniannya.
b.
Mandala dikeluarkan dari sekolahnya. Dia jarang masuk kelas, tugas tidak pernah
dikumpul, saat ulangan pun dia hanya mengumpulkan kertas jawaban kosong, terakhir
dia diketahui ikut dalam tauran antar sekolah.
3) Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran
yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada
suatu akibat yang lain.
Contoh:
a.
Ketika bejalan di tengah kota, Mega
melihat banyaknya fasilitas umum yang diberhentikan pengerjaan begitu saja
sebelum dapat dimanfaatkan masyarakat, banyaknya jalan-jalan poros rusak yang
terabaikan, Mega lalu berpikir pastinya di Kota ini banyak rakyatnya yang
melarat dan miskin, tetapi ridak terlintas dipikirannya bahwa sebagian besar
kejadian ini adalah ulah para koruptor.
b.
Pak Amry, guru SMKN 1 Parepare mellihat
siswa-siswi kelas 3 melakukan aksi corat-coret seragam putih abu-abu mereka,
dia lalu berpikir bahwa siswa-siswi ini setelah melakukan aksi corat-coret
seragam akan pergi konvoi motor di tengah jalan yang akan menimbulkan macet dan
mengganggu para pengguna jalan yang lain. Pak Amry tidak perlu memikirkan
alasan mengapa siswa-siswi kelas 3 melakukan hal itu semua, sudah pasti karena
mereka semua dinyatakan lulus sekolah.
Salah nalar ada dua macam:
Salah nalar induktif
berupa :
·
kesalahan karena generalisasi yang
terlalu luas,
·
kesalahan penilaian hubungan
sebab-akibat,
·
kesalahan analogi.
Kesalahan
deduktif dapat disebabkan :
·
kesalahan karena premis mayor tidak
dibatasi;
·
kesalahan karena adanya term
keempat;
·
kesalahan karena kesimpulan terlalu
luas/tidak dibatasi; dan
·
kesalahan karena adanya 2 premis
negatif.
Fakta atau data yang akan dinalar
itu boleh benar dan boleh tidak benar.
Berikut ini salah nalar yang
berhubungan dengan induktif, yaitu :
- A. Generelisasi terlalu luas
Contoh : perekonomian Indonesia
sangat berkembang
- B. Analogi yang salah
Contoh : ibu Yuni, seorang penjual
batik, yang dapat menjualnya dengan harga terjangkau. Oleh sebab itu, ibu Lola
seorang penjual batik, tentu dapat menjualya dengan harga terjangkau.
Jenis
– jenis salah nalar
1)
Deduksi yang salah : Simpulan dari
suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak memenuhi
persyaratan.
Contoh :
Kalau listrik masuk desa, rakyat di
daerah itu menjadi cerdas.
Semua gelas akan pecah bila dipukul
dengan batu.
2)
Generalisasi terlalu luas
Salah nalar ini disebabkan oleh
jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya
generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh :
Setiap orang yang telah mengikuti
Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.
Anak-anak tidak boleh memegang
barang porselen karena barang itu cepat pecah.
3)
Pemilihan terbatas pada dua
alternatif
Salah nalar ini dilandasi oleh
penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan jawaban yang ada.
Contoh :
Orang itu membakar rumahnya agar
kejahatan yang dilakukan tidak diketahui orang lain.
Penyebab Salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh
kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
Contoh:
Broto mendapat kenaikan jabatan
setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya.
Anak wanita dilarang duduk di depan
pintu agar tidak susah jodohnya.
Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila
orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah
satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.
Contoh:
Anto walaupun lulusan Akademi Amanah
tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan
oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh:
Program keluarga berencana tidak
dapat berjalan di desa kami karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang
anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar