Sebelum membahas Dunia Nyata dan Dunia Maya, apa yang ada di pikiran kamu saat membaca kata ‘Netiket’?
Apa itu netiket?
Apaan? Net yang diiket?
Netiket itu internet + etiket. Internet
pasti udah pada tau lah ya. Kalau etiket? (Bukan. Etiket bukan tiket
yang kita beli secara online. Itu eTiket.) Hmmmmm. Oke. Buat yang merasa
asing; ‘etiket’ itu tata cara dalam masyarakat beradab dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusia. Definisi barusan dikopas dari sini.
Terdengar serius ya? Ehem. Ini memang agak serius.
Mungkin kamu di rumah dan di sekolah
diajarin etiket, diajarin adab sopan santun dan bagaimana berinteraksi
dengan sesama. Tapi apakah kamu diajarin tentang netiket?
Saya yakin jawabannya: nggak.
Oke, gini aja.
Saya melihat bahwa orang cenderung memandang internet sebagai alternate universe. Alam lain. Apa yang dikerjakan di internet (seperti ngeblog, ngetwit, googling, nonton video yutub, chatting dll) ini adalah dunia maya; sementara kehidupan yang dijalani sehari-hari (seperti makan, sekolah, pipis, tidur, pacaran dll) adalah dunia nyata. Kemudian muncul bahasan-bahasan semacam: “Dunia Nyata vs Dunia Maya”.
Seakan-akan dunia maya itu tempat yang berbeda, atau dua hal yang
berseberangan. Seperti ‘bangun vs tidur’, atau ‘kenyataan vs mimpi’ atau
yang ekstrem ‘surga vs neraka’.
Padahal nggak gitu.
Internet yang kita sebut ‘dunia maya’ ini adalah bagian dari dunia nyata.
…
*Pause sejenak untuk memberikan kesan dramatis*
…
Karena yang di depan kita adalah monitor
komputer atau layar henfon; maka kita sering keliru menganggap apa yang
kita hadapi itu adalah mesin. Kita mengira kita berbicara dan
berinteraksi dengan komputer; kita nggak sadar di balik layar digital
itu ada manusia yang nyata.
Kamu menyimak postingan #52 ini di
monitor komputermu (atau layar henfon), tulisan-tulisan ini nggak muncul
begitu saja. Saya yang nulis. Saya Masova. Dan saya nyata.
Kamu membaca twit seseorang, hmmm, sebut
saja @radityadika. Twit-twitnya tidak nongol dari alam digital secara
ghaib. Kata-kata itu dia yang mengetik. Dan dia nyata.
Internet dan segala isinya adalah
ciptaan orang-orang yang benar-benar ada di dunia. Kode, script, gambar,
warna, tulisan. Itu nyata. [Memang, ada bot atau program komputer yang
bisa meng-generate tulisan atau gambar secara otomatis, well
tapi ini bahasan yang lain. Lagipula, program bot semacam itu juga
ditulis oleh: manusia. Sekali lagi, nyata.]
Karena internet atau dunia maya ini
adalah bagian dari dunia nyata, maka etiket atau tata krama yang berlaku
di kehidupan sehari-hari pun berlaku di internet. Misalnya apa, Mas?
Hayah, kalau udah dewasa nggak perlu dikasih tau lah ya. Uhm. Oke. Saya
kasih contohnya dikit: menghormati orang lain, nggak nyakitin, menjaga
privasi, berterima-kasih, bilang permisi, minta maaf kalau salah; yah
hal-hal semacam itu lah.
Catatan: Netiket hanya berlaku di dalam ruang dengan kehidupan sosial di dalamnya.
Hanya berlaku jika ada interaksi, obrolan, atau pergaulan dengan
orang-orang lain. ‘Ruang’ sosial ini misalnya: twitter, facebook,
forum/message board, email, milis, group chat, kolom komentar di blog,
dll. Jika kamu online internet kemudian kamu ngadepin Cleverbot; maka netiket nggak berlaku. Jadi terserah kamu mau ngapain. Karena yang kamu hadapi memang bukan manusia.
Ya sama kayak etiket lah. Etiket hanya
berlaku ketika kamu berada di lingkungan sosial atau sedang bersama
orang lain. Saat sedang pipis sendirian di toilet, misalnya; terserah
deh mau ngapain. Sambil bugil, joget-joget atau salto, terserah. Tapi
ketika sedang di toilet umum dan di situ ada orang lain; memamerkan
alat vitalmu tentu akan berakibat fatal.
Gitu.
Kalau udah masuk media sosial, kamu nggak sendirian. Maka hati-hati dalam menulis status, teliti sebelum memencet tombol send.
[Bersambung]
[Nggak ding]
Agak panjang gak papa yah.
Hmmm. Biar agak dramatis; mari kita
bahas dosa-dosa mendasar yang ada di internet. (Bukan. Bukan pornografi.
Bukan donlod lagu dan film bajakan. Yang kita bahas berbeda.) Dosa-dosa
yang terkait dengan netiket itu antara lain: Flooding, flaming dan trolling.
Flooding. Aktivitas ini hampir sama dengan spamming; yaitu aksi mengirim pesan bernada sama, berulang-ulang. Bedanya; spam dilakukan
oleh bot yang memang diprogram untuk mengirim pesan-pesan dalam suatu
waktu tertentu secara otomatis. (Contohnya: twit promo yang tau-tau
nyamber twitmu ketika menulis keyword tertentu. Atau email yang bilang
kalau kamu menang undian sekian juta dollar.) Sementara flooding dilakukan
oleh manusia yang belum tahu netiket. Sangat menjengkelkan. Tingkat
kejengkelannya di atas level anak kecil yang merengek-rengek minta
mainan.
Flaming. Dosa
yang kedua ini secara harfiah berarti membakar. Di sini yang dibakar
adalah emosi user lain. Flaming dalam kehidupan nyata mungkin sepadan
dengan: ngajak perang. Flaming biasanya menyerang personal; dan pasti
dilakukan oleh dua orang yang tidak saling mengenal. Jika sama-sama
mengenal, apalagi sobatan, nggak mungkin akan terjadi flaming.
Dosa ini menelurkan varian pihak ketiga yang bernama: kompor.
Setelah flaming; muncul dosa dengan level yang lebih buruk: Trolling.
Pasukan troll paling banyak ditemukan di bagian komentar suatu video di
youtube. Cari saja video yang view-nya ribuan atau jutaan. Lihat
komentar yang paling berbeda; nah itu trolling. Contoh video Pewdiepie
sedang main game horror dan menjerit-jerit dengan ekspresi yang kocak.
Kebanyakan user akan mengomentari dengan celetukan yang kocak juga.
Seperti: “LOL. Epic face!”
Tapi kalau seorang troll; dia akan berkomentar seperti: “What is this shit? This video is so gay. And you guys are dumb.”. Familiar?
Trolling dilakukan untuk
mencari perhatian atau merusak suasana. Dan sama seperti troll, dia akan
diem dan gak mau tau ucapan-ucapan orang lain.
Nah. Trus, kalau kita ketemu dengan tiga itu, gimana? Diapain, Mas?
Gampang, yang perlu diperhatikan adalah:
identitas pelaku. Hampir semua pelaku flooding, flaming dan trolling
itu identitasnya tidak jelas. Kenapa? Karena dia merasa aman bersembunyi
di balik akun anonim. Karena tidak ada orang yang kenal, dia merasa
bebas mau ngapain. Jika kamu bertemu dengan akun semacam itu, biarkan
saja. Nggak usah ditanggepin. Jika ada akun dengan nama yang aneh dan
tidak ada tanda-tanda yang jelas, cuekin saja. Salah satu nasehat untuk
yang bermain di media sosial: “Jangan pernah percaya dan jangan pernah berdebat dengan akun anonim”
Sekian tentang netiket. Kalau ada respon, komen di bawah ya. Saya akan bales nanti. Ciao.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar